Dominasi Ducati Runtuh di Mandalika: Peringatan Keras dari Para Rival
Selama hampir sepanjang musim 2025, narasi di kelas para raja MotoGP selalu sama: Ducati tak tersentuh. Pabrikan asal Bologna, Italia, ini begitu dominan. Dominasi Ducati terlihat dari kemenangan balapan demi balapan dengan barisan motor Desmosedici mereka yang superior. Kemenangan seolah menjadi sebuah formalitas, dan para rival seperti pabrikan Jepang dan Eropa lainnya hanya bisa pasrah memperebutkan sisa podium. Namun, semua arogansi dan rasa tak terkalahkan itu akhirnya runtuh berkeping-keping di bawah terik matahari dan aspal Sirkuit Internasional Mandalika.
Seri balapan MotoGP Mandalika akhir pekan lalu menjadi sebuah “pukulan” telak yang sangat menyakitkan, sebuah tamparan keras yang menyadarkan Ducati dari “mabuk kemenangan” mereka. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, tidak ada satupun pembalap Ducati yang berhasil finis di posisi podium. Hasil ini bukan sekadar sebuah anomali; ini adalah sebuah peringatan yang sangat jelas dari para rival bahwa mereka telah bangkit dan siap untuk meruntuhkan hegemoni merah.
Konteks: Hegemoni ‘The Red Army’ Sepanjang Musim
Untuk memahami betapa mengejutkannya hasil di MotoGP Mandalika ini, kita harus melihat kembali dominasi absolut Ducati di seri-seri sebelumnya. Dari 15 seri yang telah digelar sebelum Mandalika, motor Ducati berhasil memenangkan 12 di antaranya. Baik itu melalui tim pabrikan Lenovo Ducati maupun tim-tim satelit seperti Pramac Racing dan Gresini Racing, barisan “The Red Army” selalu berhasil menempatkan setidaknya satu, bahkan seringkali menyapu bersih, posisi podium.
Dominasi ini membuat kejuaraan terasa sedikit membosankan. Banyak pengamat merasa bahwa Ducati sudah berada di “liga”-nya sendiri, dan pertarungan sesungguhnya hanyalah antara para pembalap Ducati itu sendiri.
Mimpi Buruk di Lombok: Apa yang Salah dengan Ducati?
Namun, sejak hari pertama sesi latihan di Mandalika, tanda-tanda kesulitan sudah mulai terlihat. Para pembalap Ducati, yang biasanya dengan mudah menempati posisi teratas, justru terseok-seok. Mereka kesulitan menemukan grip atau cengkeraman ban yang ideal di permukaan aspal Mandalika yang unik. Puncaknya terjadi saat kualifikasi, di mana pembalap Ducati terbaik hanya mampu start dari baris kedua, sebuah pemandangan yang sangat langka.
Saat balapan utama, mimpi buruk itu menjadi kenyataan. Para pembalap andalan mereka seperti sang juara dunia, Pecco Bagnaia, dan Jorge Martin, tidak mampu bertarung di barisan depan. Mereka justru “ditelan” oleh para pembalap dari Aprilia dan KTM yang tampil menggila.
Kebangkitan Para Rival: Aprilia dan KTM Menggila
Di saat Ducati menderita, para rival utama mereka dari Eropa justru berpesta pora. Aprilia, dengan duet pembalapnya, dan KTM, menunjukkan bahwa pengembangan motor mereka selama setahun terakhir telah berhasil memangkas jarak secara signifikan. Mereka tampil sangat cepat dan stabil di sepanjang akhir pekan, dan pada akhirnya berhasil mengunci semua posisi podium, meninggalkan Ducati dengan tangan hampa. Kemenangan ini adalah kemenangan pertama bagi pabrikan selain Ducati dalam waktu yang sangat lama, dan itu terjadi di depan lautan penonton Indonesia.
Kehadiran para penonton yang membludak ini juga menjadi catatan tersendiri. MotoGP Mandalika 2025 yang sukses memecahkan rekor penonton menjadi bukti antusiasme luar biasa dari para penggemar di Indonesia, yang disuguhi sebuah balapan yang sangat dramatis.
Untuk mendapatkan hasil lengkap, klasemen, dan analisis mendalam dari setiap seri balapan, situs web resmi MotoGP adalah sumber yang paling akurat.
Akhir Dominasi Ducati: Kejuaraan Kembali Terbuka Lebar
Pada akhirnya, hasil dari seri MotoGP Mandalika ini adalah hal terbaik yang bisa terjadi bagi kejuaraan. Dominasi satu pabrikan yang terlalu kuat seringkali membuat olahraga menjadi monoton. Kekalahan telak Ducati di Lombok ini telah menyuntikkan kembali drama, ketidakpastian, dan antusiasme ke dalam perburuan gelar juara dunia. Ini adalah sebuah peringatan keras bagi Ducati bahwa mereka tidak bisa lagi bersantai. Para rival kini telah tiba, dan sisa musim akan menjadi sebuah pertarungan terbuka yang brutal. Bagi para penggemar, ini adalah sebuah kabar gembira: MotoGP kembali menjadi tontonan yang tidak bisa diprediksi.