STY Pesimis, Sebut Peluang Indonesia ke Piala Dunia 2026 Cuma 30 Persen

Di tengah euforia dan harapan yang membuncah dari seluruh penjuru negeri, sebuah pernyataan yang jujur dan sedikit menampar datang dari sosok yang paling mengerti seluk-beluk kekuatan Timnas Indonesia dalam lima tahun terakhir. Shin Tae-yong (STY), mantan pelatih yang telah membawa Garuda terbang tinggi, memberikan prediksi yang jauh dari kata optimistis. Menurutnya, peluang Indonesia untuk bisa lolos ke putaran final Piala Dunia 2026 kini hanya tersisa 30 persen.

Pernyataan ini, yang disampaikannya dalam sebuah wawancara eksklusif, sontak menjadi perbincangan hangat. Di saat publik sedang bermimpi, sang mantan arsitek justru menyajikan sebuah realita yang pahit namun berdasar. Meskipun sudah tidak lagi menjabat sejak awal tahun 2025, analisis STY tetap memiliki bobot yang sangat besar. Apa sebenarnya yang menjadi dasar dari pesimismenya terhadap perjuangan Asnawi Mangkualam dkk di babak keempat Kualifikasi Piala Dunia?

Shin Tae-yong: Arsitek Kebangkitan Sepak Bola Indonesia

Untuk memahami mengapa pendapat STY begitu didengar, kita perlu melihat kembali warisannya. Shin Tae-yong, lahir 11 Oktober 1970, adalah seorang legenda sepak bola Korea Selatan, baik sebagai pemain maupun pelatih. Puncak kariernya sebagai pelatih di level klub adalah saat ia membawa Seongnam Ilhwa Chunma menjuarai Liga Champions AFC pada 2010. Ia juga pernah menangani semua level timnas Korea Selatan, termasuk saat memimpin tim senior di Piala Dunia 2018, di mana ia secara mengejutkan berhasil mengalahkan juara bertahan Jerman.

Sepak terjangnya di Indonesia dimulai pada akhir 2019. Ia datang di saat timnas sedang terpuruk. Dengan disiplin khas Korea dan mata yang jeli dalam mencari talenta (termasuk program naturalisasi pemain keturunan), ia secara perlahan tapi pasti mengubah wajah Timnas Indonesia. Ia tidak hanya memperbaiki taktik, tetapi juga merevolusi mentalitas dan standar fisik para pemain. Di bawah asuhannya, Indonesia berhasil mencapai final Piala AFF, lolos ke Piala Asia untuk pertama kalinya dalam belasan tahun, dan yang paling bersejarah, membawa tim U-23 menembus semifinal Piala Asia U-23. Meskipun diberhentikan pada awal 2025, STY akan selalu dikenang sebagai pelatih yang meletakkan fondasi bagi kebangkitan sepak bola modern Indonesia.

Analisis STY: Stamina dan Jadwal Padat Jadi Musuh Utama

Menurut STY, peluang Indonesia menjadi kecil bukan karena kualitas teknis para pemainnya, melainkan karena dua faktor krusial yang saling berhubungan: stamina pemain dan jadwal yang tidak ideal.

“Saya melihat jadwal pertandingan di babak keempat ini sangat berat,” ujar STY. “Tim akan berhadapan dengan Arab Saudi dan Irak pada bulan Oktober. Ini adalah dua tim dengan level fisik dan taktik tertinggi di Asia. Untuk bisa melawan mereka, para pemain harus berada dalam kondisi puncak 110%.”

Masalahnya, menurut STY, adalah kesulitan untuk mengumpulkan para pemain dalam waktu yang cukup untuk pemusatan latihan (training camp) yang ideal. Banyak pemain kunci kini merumput di liga-liga luar negeri dengan jadwal yang padat. “Sangat sulit untuk menyatukan mereka, melatih taktik, dan terutama, membangun kembali stamina kolektif dalam waktu yang singkat. Fisik para pemain akan sangat terkuras,” jelasnya. Ini adalah masalah klasik yang dihadapi timnas, namun menjadi semakin kritis di level kompetisi setinggi ini.

Tantangan Berat Peluang Indonesia di Ronde Keempat

Analisis STY diperkuat oleh realita lawan yang akan dihadapi. Arab Saudi dan Irak adalah dua raksasa sepak bola Asia yang sudah menjadi langganan Piala Dunia. Mereka memiliki liga domestik yang sangat kompetitif, pembinaan pemain yang mapan, dan pengalaman bertanding di level tertinggi yang jauh lebih banyak daripada Indonesia. Mengalahkan mereka, baik di kandang maupun tandang, akan membutuhkan performa yang nyaris sempurna, tidak hanya dari sisi taktik tetapi juga fisik.

Dunia sepak bola elite memang tidak memberi ruang untuk kompromi. Setiap detail kecil, dari kebugaran pemain hingga strategi transfer, bisa menjadi penentu. Klub-klub besar di Eropa bahkan rela jor-joran, seperti saat Manchester City menyiapkan syarat khusus untuk merekrut Gianluigi Donnarumma, demi memastikan setiap posisi diisi oleh yang terbaik. Mentalitas inilah yang harus dihadapi oleh Timnas Indonesia di babak kualifikasi ini.

Untuk mengikuti jadwal lengkap, hasil pertandingan, dan berita terbaru dari perjuangan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026, dapat dilihat di FIFA, yang selalu menjadi rujukan utama bagi para penggemar di tanah air.

Sebuah Peringatan dari Sang Mantan Guru

Pada akhirnya, pernyataan pesimis dari Shin Tae-yong sebaiknya tidak dilihat sebagai upaya untuk merendahkan, melainkan sebagai sebuah “peringatan dini” dari seorang guru yang masih peduli. Analisisnya yang tajam mengenai peluang Indonesia adalah sebuah masukan berharga yang didasarkan pada pengalamannya yang mendalam. Ia menyoroti titik-titik lemah yang paling fundamental yang harus segera diatasi oleh PSSI dan tim pelatih saat ini jika mimpi untuk berlaga di Piala Dunia 2026 ingin tetap dijaga. Harapan memang harus selalu ada, tetapi harapan itu harus diiringi oleh kerja keras dan persiapan yang realistis. Bola kini ada di tangan PSSI dan para punggawa Garuda untuk membuktikan bahwa prediksi 30 persen itu salah.

You May Also Like

Bursa Transfer Bola Eropa Makin Memanas: Modric ke Inggris?

BURSA TRANSFER BOLA EROPA MEMANAS! MODRIC KE PREMIER LEAGUE, BRUNO FERNANDES KE…

Final Liga Champions 2025: PSG vs Inter, Epic Clash!

Final Liga Champions 2025 Penuh Drama: PSG vs Inter Milan, Pertarungan Dua…

Drama Liga 1 2024/2025: Persib Juara, 5 Pemain Hengkang!

DRAMA LIGA 1 INDONESIA 2024/2025: SETELAH PERSIB JUARA, LIMA PEMAIN PENTING HENGKANG!…

Klasemen Liga 1 2024/2025: Persib Bandung Juara!

Klasemen Akhir Liga 1 2024/2025: Persib Bandung Juara, Tapi Siapa yang Degradasi…